“Mereka Berdiri dalam Shaf-Shaf yang Rapih”
Tangkainya sederhana, daunnya pun biasa saja.
Tumbuh di lumpur kotor nan basah, bersahabat dengan rerumputan. Namun
mereka hidup rukun, saling menguatkan dan berpegangan tangan, hingga
mereka beranjak dewasa - berbunga menebarkan serbuk sari kebahagiaan
diusia mudanya - mempersiapkan dirinya hingga matang, seiring berisi
semakin merunduk, lalu menguning mengukirkan senyum diwajah petani yang
setia menengoknya disetiap pagi.
Usianya tidak lama, tapi sungguh ia telah dewasa!
Cerita hidupnya singkat, tapi berkesan dan syarat manfaat.
Tak peduli bagi siapa saja, ikan-ikan yang bermain sambil berteduh atau
serangga pencuri dan ulat ulat nakal. Dari sosoknya banyak lukisan
keteladanan untuk kita, Manusia.
Akarnya tidaklah kokoh..
Tapi cukup menunjang batangnya yang sederhana.
Karena hidupnya memang tidak lama, tugas utamanya hanya memberi manfaat
kepada Manusia dan mahluk-Nya yang lain. Selebihnya mereka berstasbih
memuji-Nya, lalu khusyuk mempersiapkan benih-benih berkualitas untuk
keturunannya agar kelak terlahir tunas baru yang berkualitas pula
sebagai warisannya..
Lihatlah saudaraku!
Mereka memang memiliki intuisi dan disiplin yang tinggi, hingga
berpredikat dan menuai kesan sang pencetak benih unggul dimata mahluk
mulia yang bernama Manusia! Dikeseluruhan hidupnya mereka sibuk
mempersiapkan buahnya, mereka memberi ketenangan.. kepada petani yang
menatapnya. Ketika mereka mulai menguning, petani bahagia memandanginya,
dari surau kecilnya selepas ashar atau di antara embun embun gemericik
disubuh harinya.
Masha Allah!
Akarnya tidak kokoh, tapi kuat mencengkram!
Mereka tidak ingin terpisah dari kelompoknya, mereka ingin tubuhnya yang rapuh tetap teguh!
Merekap berdiri dalam shaf-shaf yang rapi..
Mereka tak segan bergabung dengan kelompok-kelompok lain menjaga silaturahim mengikatkan kekuatan. Allahuakbar.
Lihatlah!
Lihatlah padi yang bisa berdiri kokoh di atas lumpur basah!
Mereka kuat karena saling berpegangan bersama saudaranya, hidup rukun, saling melengkapi dan menguatkan.
Hingga saatnya nanti, ketika angin berhembus…
Mereka berpelukan, mereka berserikat dalam satu kesatuan..
Sungguh mereka kuat bukan karena sepohon nan kokoh, batangnya pun rapuh.
Mereka hanya berdiri bersamaan, tidak menghiraukan lagi perbedaan
kualitas atau “jenis”.
Lihat saja satu padi yang berdiri sendiri, atau terpisah dari jemaahnya..
Ia lemah, ketika buahnya mulai matang, tubuhnya patah dan tumbang, ia terjatuh, ia butuh sandaran..
Begitupun Manusia yang butuh seseorang atau kawan dalam hidupnya. Kita
butuh saudara untuk sekedar bersandar, meneguhkan jiwa yang rapuh,
melengkapi dan memahami satu sama lain, menjalin silaturahim,
mendekapkan ukhuwwah dan berserikat agar menjadi kuat.
Begitulah padi padi yang “telah dewasa”, semakin berisi semakin
menunduk. Adalah cerminan tak terbantahkan bagi manusia yang berakal.
Semakin berilmu seharusnya semakin menunduk. Semakin banyak yang ia
ketahui, semakin ia sadar bahwa banyak hal yang belum ia ketahui, bayak
hal yang harus ia pelajari dan ketahui di Dunia ini. Hingga ia lebih
khusyuk menunduk dengan sempurna ketimbang sibuk dan disibukan gelora
nafsunya
Lihatlah lagi, sang padi tak pernah riya atas kebaikannya..
Bahkan ia tetap diam. Tidak sekalipun gaduh atau mengaduh saat dipangkas
pak petani, daun-daunnya hanya gemerisik sebagai isyarat tasbihnya..
Ia tidak sombong..
Padalah mereka adalah superstar hebat yang dikenal diseluruh Dunia.
Lihatlah ketawadhuan mereka,
Mereka tetap teguh berzuhud dan mempersiapkan dirinya.
Karena merekapun tahu, tak lama di dunia ini, hingga kesemua dari mereka diam dan menunduk dimasa kematangannya.
Adapun kerabat padi yang congkak berdiri, dan enggan menunduk..
Ulat nakal penggoda di sekitaranpun tahu, dan dapat memastikan bahwa
tidak berisi, seperti manusia yang merasa pandai dan benar sendiri, ia
laksana padi yang gagal. Hanya padi yang tak berisi, ia berdiri dengan
congkak dengan kekosongan.
Laksana padi yang mati..
Laksana hati manusia yang mati sebelum kematian raganya tiba!
Semoga itu bukan padi yang mati, semoga itu hanyalah padi muda yang belum berisi.
Menunduklah..saudaraku.
belajarlah lagi, lihatlah sekitaran.
Menunduklah sebelum kematian memangkas harapan.
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW telah bersabda: "Jauhilah
prasangka, karena prasangka adalah perkataan yang paling dusta, dan
janganlah kalian mencari kesalahan orang. Janganlah berambisi dengan apa
yang dicapai orang, jangan saling bertolak belakang (bermusuhan),
jangan saling hasut, serta jangan saling benci. Jadilah kalian -hamba
Allah- yang bersaudara." [Hadits Shahih, lihat kitab Ghayaatul-Maram
(417). [Bukhari, 78-Kitab Al Adab, 85- Bab (Yaa Ayyuhal Ladziina
Aamanuuj Tanibuu Katsiiran Minadz Zhann). Muslim, Kitabul Birri
wash-Shilati wal Adab, hadits 28]
Subhanallah..
Padi hanyalah sebagian kecil dari Hikmah-Hikmah-Nya yang bertebaran..
Hanya dari satu jenis rumput liar yang buahnya kita makan setiap hari.
Hikmah dari Penciptaan padi yang habitatnya telah Allah hamparkan
diseluruh permukaan bumi ini. Sungguh di semesta-Nya yang luas ini
terdapat Hikmah-Hikmah-Nya, saudaraku..
“Jadilah kalian -hamba Allah- yang bersaudara”
Saudaraku, mari berjalan berdampingan. Menuju keabadian..
Sungguh kesantunan tidak akan membuatmu hina atau terhina, sekali kali
tidak. Kelembutan adalah manifestasi power luar biasa yang bisa
mengalahkan, tak ubahnya kelembutan hati wanita yang serupa rumput
halus. Segenggam rumput halus tidak mudah patah saat terinjak injak
sekalipun, bahkan ketika hembusan angin mengencang sekalipun, ia hanya
bergetar, akarnya mencengkram saling berpegangan. Kelembutanlah yang
membuatnya lebih bernilai, lebih dari sekedar pepohonan angkuh yang
berdiri tegap namun pasti runtuh ketika badai datang menghempasnya.
SUMBER: http://www.nai-foundation.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Hai sahabat
Jangan lupa di komentar ya..